Selasa, 18 Januari 2011

10 kebiasaan yang dapat merusak otak

Anjuran untuk hidup sehat selagi muda bukan sekadar isapan jempol.
Dengan menghindari makanan yang bisa memicu stroke, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, maupun kegemukan, atau tidak merokok, bisa mencegah Anda dari penyakit otak pada usia tua.
Penelitian Rush Memory and Aging Project, di Rush University of Medical Center, menunjukkan semua yang memicu penyakit tersebut akan meningkatkan risiko sakit otak di usia tua.
Penelitian yang dipimpin Dr Julie A Schneider tersebut menunjukkan sebagian besar orang lanjut usia mengalami penyakit otak, baik yang terlihat maupun tidak. Dari 141 orang lanjut usia yang mereka teliti, hanya 20 orang (14,2%) yang terbebas dari sakit otak.
Orang berusia lanjut tanpa sakit jiwa juga seringkali memiliki penyakit otak. "Penyakit yang paling umum adalah alzheimer, tapi juga banyak gangguan lain," papar Schneider.
Selain itu, memiliki lebih dari satu penyakit di otak sangat meningkatkan kemungkinan munculnya gejala sakit jiwa. Pencegahannya, kata Schneider, menghindari pemicunya.
Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Bayangkan, dengan kerumitan otak seperti itu, maka Anda wajib menyayangi otak Anda cukup dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering disepelekan.

Otak adalah organ tubuh vital yang merupakan pusat pengendali sistem syaraf pusat. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.

Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Sungguh suatu tugas yang sangat rumit dan banyak. Maka, hindarilah 10 kebiasaan buruk di bawah ini jika Anda masih ingin otak Anda bekerja dengan baik.

Adapun sepuluh kebiasaan buruk tersebut dipaparkan di bawah ini, beserta alasannya:

1. Tidak sarapan pagi
Mereka yang terbiasa tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah. Akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang. Otak juga butuh "makan" agar dapat bekerja optimal.

2. Makan terlalu banyak
Terlalu banyak makan, apalagi yang berkadar lemak tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.

3. Merokok
Zat-zat kimia beracun dalam rokok yang terhisap, misalnya karbon monoksida, akan menghalangi kemampuan darah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak, mengakibatkan penyusutan otak secara cepat. Nikotin juga dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dalam darah. Akibatnya, transportasi lemak terganggu hingga menyumbat pembuluh darah dan menghalangi transportasi oksigen dan nutrisi ke otak. Merokok juga dapat mengakibatkan penyakit alzheimer.

4. Mengkonsumsi gula terlalu banyak
Konsumsi gula yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak.

5. Tidak memakai masker polusi udara
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi atau daya kerja otak.

6. Kurang tidur

Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7. Menutup kepala saat tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala dapat meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida sehingga menurunkan proses menghirup oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Kurang menstimulasi pikiran

Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menurunkan kemampuan kerja sel-sel syaraf otak sehingga menyebabkan mengkerutnya otak.

9. Jarang berkomunikasi

Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu optimalnya fungsi kerja otak. Jarang berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak menjadi kurang terlatih.

10. Berpikir keras saat sakit
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikiran saat kondisi sakit dapat menyebabkan kelelahan berlebihan pada otak dan mengurangi efektifitas kerjanya sehingga dapat merusak otak.

bahasa korea


Bahasa Korea (한국어/한국말) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan dan Korea Utara. Bahasa ini juga dituturkan secara luas di Yanbian di Cina timur laut. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS, Kanada dan Jepang. Klasifikasi resmi bahasa Korea masih belum disetujui secara universal, namun dianggap oleh banyak orang sebagai bahasa isolat. Beberapa ahli bahasa memasukkannya ke dalam kelompok bahasa Altaik. Bahasa Korea juga banyak mirip dengan bahasa Jepang yang status kekerabatannya juga kurang jelas.
Sistem penulisan bahasa Korea yang asli — disebut Hangul — merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Aksara-aksara Sino-Korea (Hanja) juga digunakan untuk menulis bahasa Korea. Walaupun kata-kata yang paling umum digunakan merupakan Hangul, lebih dari 70% kosakata bahasa Korea terdiri dari kata-kata yang dibentuk dari Hanja atau diambil dari bahasa Mandarin.
Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Namun istilah Hangul baru dikenal pada permulaan abad ke-20. Setelah Hangeul digunakan pun, Hanja masih tetap dipakai, sedang Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita dan anak-anak.
Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, penggunaan Hangeul dan Hanja seimbang. Namun kini, Hanja hanya dijumpai pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan hampir semua papan nama, jalan, petunjuk, bahkan tulisan-tulisan informal ditulis dalam Hangeul.
Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa dimengerti dari dialek-dialek provinsi lainnya.